Friday 21 November 2008

Mengapa kita bisa lupa?

Sekarang papa kok pelupa?” itulah salah satu kalimat yang pernah terdengar di salah satu iklan obat di televisi. Seorang kepala bagian Produksi di sebuah pabrik tekstil sebut saja Pak Firmansyah (25) akhir-akhir ini suka lupa akan janji-janjinya atau perintah yang pernah ia berikan pada bawahannya. Jika bawahannya salah mengerjakan perintah ia pun marah-marah dan ia bertanya ini atas perintah siapa padahal dia sendiri yang memberikan instruksi tersebut. Seorang bapak sebut saja namanya pak Yusuf (56) ia lupa menaruh kacamatanya sehingga suatu pagi seisi rumah sibuk mencari kacamata si bapak. Seorang mahasiswa lupa mengerjakan tugas akhirnya yang harus dikumpulkan pada saat UAS sehingga ia tidak diperkenankan mengikuti UAS karena tidak membuat tugasnya. Kita tentu pernah berrtemu dengan seseorang di suatu mall dan dia menyapa kita dan katanya dia adalah teman SD kita. Tentu kita bingung dan bertanya-tanya benarkah ia teman kita? Seorang teller bank yang sedang menghitung uang secara manual tiba-tiba lupa berapa jumlah hitungannya karena ia harus menjawab telepon. Pada waktu puasa kita suka lupa minum di siang hari padahal kita sedang puasa. Itulah lupa. Lupa…lupa…lupa….memang hal ini membawa kerugian bagi kita. Tapi sebagai manusia kita tidak luput dari lupa karena kapasitas otak kita untuk menyimpan memori pun terbatas. Lalu apakah lupa itu? Lupa berarti tidak ingat. Lupa sulit diukur atau diteliti (namanya juga: lupa) Minat dan Motivasi

Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang-orang yang sering bepergian, mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-mana. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi dan pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut Kurt Lewin (1890-1947), seorang psikolog jerman, minat dan motivasi berarti konsentrasi energi (forces) pada sektor (region) tertentu dalam kesadaran. Konsentrasi energi inilah yang menyebabkan suatu hal tidak begitu saja dilupakan.


Jejak Ingatan

Disisi lain, manusia tidak bisa memusatkan seluruh energinya kepada semua hal. Ada hal-hal yang pasti terlepas dari perhatian. Wilhelm Wundt (1832-1920), mengatakan bahwa hanya sebagiaan kecil dari persepsi umum (black felt) yang bisa masuk titik perhatian (blick punkt). Ia juga berpendapat bahwa mental itu aktif dan aktivitas mental itulah yang mengarahkan pusat-pusat perhatian manusia. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian akan mudah dilupakan. Sementara itu, manusia juga punya kecenderungan untuk merekonstruksi hal-hal yang dilupakan.

Wolfgang Kohler 91887-1967), seorang tokoh psikologi gestalt di Universitas Berlin berpendapat bahwa ingatan sangat terkait dengan jejak-jejak ingatan (memory traces) karena adanya hubungan-hubungan yang sama (iso morphy) anatara obyek di luar dan refleksinya di dalam susunan saraf dan otak.

Metabolisme otak tidak memungkinkan smeua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu, manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat berceritera, maka makin banyak perubahannya.


Stress dan Latihan

Lupa juga bisa disebabkan oleh stress. Misalnya orang yang akan ujian walaupun ia sudah belajar tapi ia stress jadi semua apa yang sudah dipelajarinya dengan baik terlupa begitu saja. J.B Watson (1878-1958) seorang behavioris, AS menganjurkan latihan berulang-ulang. Suatu prilaku yang terusmenerus diulang, akan diperkuat (reinforced) sedangkan prilaku yang tidak diulang tidak akan mendapat ganjaran (reward) sehingga akirnya akan terjadi penghapusan (extinction) atau lupa.


Faktor Fisiologik

Selain faktor psikologis tadi, lupa bisa juga disebabkan oleh faktor fisiologik (faal). Amnesia, misalnya, sering terjadi pada penderita trauma kepala (anatara lain karena kecelakaan). Orang-orang lanjut usia yang mengalami kemunduran fungsi mental karena usia (dementia senilis), sehingga ia banyak melupakan berbagai hal yang biasanya selalu dia ingat. Mengurangi lupa fisiologis ini tentunya diperlukan dokter ahli neurologi dan atau dokter-dokter spesialis lainnya. Namun usaha dari segi psikologi sendiri juga diperlukan, antara lain dengan cara terus menerus merangsang ingatan pasien, mengulang-ulang nama-nama tiap-tiap anggota keluarga dan sebagainya, sehingga mental pasien tetap terangsang, terlatih, dan termotivasi.

Karena itu dianjurkan untuk membuat catatan, rekaman, notulasi rapat, kuitansi, kotrak kerja, dan sebagainya dengan maksud agar kita tidak terjebak dalam lupa, dengan menghilangnya sebagian dari jejak ingatan kita. Seperti ceritera di atas, Bapak Firmansyah, bapak Yusuf, seorang mahasiswa, pegawai bank, dan lain-lainnya.

http://refleksiteraphy.com

0 comments: