Tuesday 26 May 2009

Apek - Aspek Dalam Pendidikan Dan Aplikasinya

1. Aspek - aspek psikologis yang belum diperhatikan dan diaplikasikan oleh para pendidik dalam proses pembelajaran adalah :
• Kebutuhan siswa
banyak diantara pendidik tidak mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para siswa sehingga mutu pendidikan rendah dan hasilnya juga belum seperti apa yang diharapkan.Jika dianalisis dari teori kebutuhan Abraham Maslow maka kebutuhan manusia terdiri dari 5 jenis
- Kebutuhan fisiologis,merupakan kebutuhan pokok dimana jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan terjadi ketidakseimabangan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis pada peserta didik bias berupa Oksigen,Hidrogen,cairan elektrolit,dan makanan misalnya : jika dalam suatu ruangan kelas oksigewn kurang maka akan menimbulkan sesak nafas dan peserta didik menjadi tidak nyaman belajar dan ghal ini akan mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah.
- Kebutuhan rasa aman,Rasa amana dalam diri peserta didik memang perlu .
di Indonesia konflik,tawuran,kerusuhan anatar pelajar maupun sekolah sering terjadi hal ini mengakibatkan kebutuhan rasa aman peserta didik tidak terpenuhi peserta didik selalu dihinggapi perasaan penuh konflik,sehingga tidak bisa belajar secara maksimal selain itu maraknya penodongan dan pencurian dijalan juga membuat kebutuhan rasa aman peserta didik menjadi terganggu berakibat mereka menjadi takut untuk datang kesekolah serta mempengaruhi hasil belajar mereka
- Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Dalam masa sekolah kebutuhan untuk dicintai dan mencitai harus ada dalam diri peserta didik sehingga para peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar. Di Indonesia para peserta didik cendrung membuat kelompok dalam berteman dimana didalam kelompok ini mereka telah sama-sama mengenal karakter masing-masing anggota sehingga jika terjadi suatu kesalahan yang dibuat oleh anggota kelompok maka otomatis orang tersebut akan dikucilkan dari kelompok sehingga ketika keluar dari kelompok dia tidak memiliki lagi teman yang dicintai dan mencitai,sehingga membuat dia patah semangat untuk belajar karena menganggap orang lain tidak menyayangi lagi. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah tidak bisanya peserta didik beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya karena dia merasa tidak diterima sehingga membuat dia tidak betah dan akan menurunkan prestasi belajar Begitu pula dengan pendidik mereka kadang-kadang menunjukkan sikap kasar kepada peserta didik dan secara tidak langsung menimbulkan kesan bagi peserta didik mereka tidak dicintai oleh pendidiknya dalam proses belajar mengajar.
- Kebutuhan harga diri, adanya sikap tidak saling mengahargai diantara peserta didik menyebakan hasil belajar rendah,para peserta didik cendrung tidak menghargai hasil pekerjaan temanya selain itu sikap para pendidik yang tidak toleransi terhadap para peserta didik juga mempengaruhi konsep belajar peserta didik yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Perasaan kurang dihargai oleh pendidik menimbulkan kecemasan untuk belajar pada peserta didik dan mereka menjadi tidak termotivasi untuk belajar.
- Kebutuhan aktualisasi diri,para peserta didik memerlukan aktualisasi diri salah satu bentuknya adalah ingin dipuja oleh orang lain,ingin berhasil dan sukses mencapai cita-cita dan menonjol diantara peserta didik lainnya.Sering kali dalam proses pembelajaran peserta tidak bisa mengaktualisasikan dirinya karena hamabtan tertentu seperti pendidik yang selalu cuek dengan mereka ,tidak memberikan respon positif atas keberhasilan yang dicapai para peserta didik sehingga mempengaruhi perilaku mereka dalam proses belajar dan akan berdampak pada prestasi belajar.
Tingkat dan jenis kebutuhan diatas satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan walaupun pada hakikatnya kebutuhan fisiologis merupakan factor dominan untuk kelangsungan hidup manusia
• Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar terwujud. Bakat sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Para pendidik umunya tidak memperhatikan bakat apa yang dimilki oleh peserta didiknya,sebagai contoh anak yang terampil dalam bidang matematika dimasukkan kedalam kelas bahasa tentunya hal ini tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik tersebut dan pada akhiranya mempengaruhi hasil belajarnya.Hal lain yang juga berpengaruh adalah keterbatasan sarana dan prasarana keterbatasan ini membuat para pendidik tidak dapat mengembangkan bakat para peserta didiknya. Para pendidik di Indonesia juga kurang memilki keterampilan sehingga tidak mampu bertindak sebagai media pengembangan bakat peserta didik.
• Motivasi belajar,motivasi merupakan dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu maupun datang dari lingkungan. Motivasi yang baik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri bukan pengaruh lingkungan. Didalam proses belajar motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang termotivasi dalam belajar akan lebih bersemangat dalam mencapai tujuannya sehingga bakatnya akan dapat berkembang dengan baik,dalam peningkatan motivasi belajar pendidik memainkan peran penting.Menurut Do Decce dan Grawford( Syaiful Djamarah : 2002 ) empat fungsi guru sebagai pengajar dalam peningkatan motivasi belajar :
- Menggairahkan anak didik
- Memberikan harapan realistis
- Memberikan insentif
- Mengarahkan perilaku anak didik
Namun dalam kenyataannya banyak para pendidik tidak melaksanakan hal ini sehingga para peserta didik tidak termotivasi untuk belajar dan pada akhirnya hasil belajar juga akan rendah.
• Kreativitas, Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya sesuatu hasil yang baru akibat perilaku tersebut. Kreatifitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta dipengaruhi oleh intelegensi,cara berpikir,ingatan,minat dan emosinya,bakat,sikap,persepsi,perasan dan kepribadian. Munculnya kreatifitas seseorang dapat dipicu karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.
Para pendidik di Indonesia banyak yang tidak mengetahui bagaimana memotivasi kreatifitas para peserta didiknya sehingga peserta didiknya tidak bisa berkembang dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu para pendidik hendaknya mengetahui cara yang dapat dilakukan dalam memotivasi kreativitas peserta didik.Berbagai cara dapat dilakukan untuk memotivasi diantaranya yakni : memberikan peserta didik pengetahuan menguasai teori problem solving,memancing peserta didik menjadi ingin tahu,introspeksi diri,dan tanggung jawab.
• Kecerdasan siswa, Dalam proses belajar mengajar prestasi belajar siswa salah satunya ditentukan oleh kecerdasan atau intelegensi yang dimilki. Faktor penting yang menentukan intelegensi siswa adalah : herediter,kematangan dan pembentukan. Lingkungan berpengaruh dalam menimbulkan perubahan - perubahan pada intelegensi seseorang termasuk didalamnya peran pendidik dalam memberikan stimulus-stimulus intelektual yang memberikan mereka daya pengalaman namun dalam realitanya pendidik tidak berperan sesuai dengan harapan sehingga intelegensi siswa tidak berkembang sehingga mengakibatkan terganggunya proses belajar dan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Selain aspek – aspek psikologis diatas pendidik seharusnya bertanggung jawab bahwa didalam melaksanakan tugasnaya harus sesuai dengan keadaan peserta didik. Yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu harus mengetahui psikologis peserta didiknya. Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya terletak pada peserta didik sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap peserta didik dan secara psikologis perlakukan pendidik harus selaras mungkin dengan keadaan peserta didik.
Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. dimana keyakinan seseorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan seorang peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan.Aspek – aspek teladan pendidik berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran peserta didik yang diciptakan pendidik Peran pendidik dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil sebagai pengajar seperti fungsinya yang menonjol selama ini tetapi beralih sebagai pelatih,pembimbing dan manager belajar.
Sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan kemajuna teknologi dilain pihak diberebagi Negara maju bahkan di Indonesia usaha kearah peningkatan pendidikan terutama menyangkut aspek kuantitas berpalaing kepada ilmu dan teknologi. Dengan demikian dalam system pengajaran manapun pendidik selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan hanya peran yang dimainkan akan berbeda sesuai dengan tujuan system. Peran pendidik dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti pengasuh,manager kelas,supervisor,motivator,konsuler,eksplarotor,mediator dan evaluator. Jadi peran yang diaminkan oleh pendidik sangat menentukan tercaoaiunya hasil belajar yang maksimal.

2. Pengembangan kecerdasan siswa ( IQ,EQ,SQ ) dalam pelaksanaan pembelajaran ternyata tidak seimbang sehingga menimbulkan berbagai masalah.
Sebelum lebih jauh mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat tidak seimbangnya IQ,EQ,dan SQ terlebih dahulu akan dijelaskan pengertiannya.
IQ ( intelektual question ) merupakan kemampuan intelektual,analisa,logika dan rasio yang menyangkut kemampuan otak dan daya nalar. EQ ( emotional question )adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Informasi yang diperoleh tidak hanya lewat panca indera semata,tetapi ada sumber lain yang dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Sumber informasi ini bahkan akan menyaring dan memilh informasi yang didapat dari panca indera.Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-Nya baik,dapat memahami perasaan orang lain dapat membaca yang tersurat dan tersirat,dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntukan agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan. Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-Nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Disamping itu kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran,komitmen visi,kreatifitas,dan ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oeh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap pada dirinya dan terhadap orang lain yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik,jadi dapat disimpulkan orang yang EQ-Nya tidak baik tentunya tidak bisa memahami apa yang dirasakan orang lain dan tidak dapat mengatasi konflik yang terjadi secara baik. SQ ( spiritual question ) adalah suara hati ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat dan bertindak atau tidak berbuat. SQ berpusat pada hati nurani. SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Kurangnya SQ dapat berakibat pada pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar,meningkatanya ketidakjujuran,suka bolos,nyontek,tawuran disekolah,dan suka mencuri,berkurangya rasa hormat terhadap ortu dan guru serta figure – figur yang berwenang dan lain-lain.
Dahulu manusia perbnah mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ ),kemampuan berpikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan . Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap,perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan otaknya,banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka Memiliki kepribadian yang terbelah dimana tidak terjadi integrasi anatara otak dan hati kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi.
Didalam buku Daniel Golman yang berjudul Emotional Intelelligency. Kunci sukses seseorang tidak hanya ditentukan oleh tinginya IQ saja tetapi factor lain yang membawa sukses adalah EQ. Namun perkembangan terbaru dalam menentukan kunci keberhasilan adalah SQ.
Contoh : dalam buku tersebut diceritakan ada percobaan terhadap anak kecil dimana untuk mendapatkan sebuah kue yang enak seorang anak harus berusaha dan menunggu terlebih dahulu. Dari sekian banyak anak terdapat sedikit sekali anak yang akhirnya mendapatkan kue tersebut setelah berusaha dan menunggu. Seiring dengan berjalannya waktu anak ini meraih kesuksesan lebih dibandingkan teman-temanya yang lain. Setelah beberapa pengkajian dan penelitian lebih dalam para penelitipun berkesimpulan bahwa kecerdasan emosional yang dimilki oleh sesorang menjadi kunci dalam keberhasilan seseorang.
Hal lain yang juga didapati adalah banyak orang yang sukses namun mereka memilki rohani yang kering karena tidak adanya SQ ,mereka kehausan spiritual jadi kunci dari sebuah kesuksesan adalah seimbangnya IQ,EQ,dan SQ

SUMBER
Suryabrata Sumadi.2007.Psikologi Pendidikan .Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Sunaryo.2004.Psikologi Keperawatan.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran
Mahmud Dimiyati.1990.Psikologi Suatu Pengantar.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta
Kartono Kartini.1996.Psikologi Umum.Bandung:Penerbit Mandar Maju
Irwanto,dkk.1994.Psikologi Umum.Jakarta.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
http://abuafra.blogspot.com/2005/02/antara-iq-eq-sq.html
truthhologicallife.wordpress.com
www.cml.ui.ac.id





0 comments: