Tweet |
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang mengatakan, bahasa adalah alat komunikasi. Tentu saja pernyataan ini tepat, karena dengan bahasa komunikasi antara manusia dapat terjalin. Namun, apakah fungsi bahasa hanya terbatas sebagai alat komunikasi?
Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seseorang sedang sedih atau senang akan mengekspresikannya dengan menulis buku harian, menulis puisi, lirik lagu, cerita ataupun karya tulis atau pun bentuk bahasa tulis lainnya. Sedangkan ekspresi bahasa non verbal, yaitu ketika manusia mengekspresikan emosinya dengan menangis, menari, melontarkan kalimat – kalimat amarah, dan lain – lain. Dengan membahasakan ekspresi tersebut manusia akan merasa tenang dan terbebas dari tekanan emosi yang dirasakannya.
Sebagai contoh kasus yang riil adalah video luapan emosi Marshanda. Aksi nekat yang ia lakukan tersebut merupakan ekspresi dari emosi yang ia miliki. Dalam video itu, ia menangis, berteriak, menyanyi meluapkan emosinya secara non verbal. Entah tindakannya tersebut hanya untuk mencari perhatian semata atau memang murni diluar kesadaran. Apapun itu, aksi tersebut jelas menggambarkan bagaimana bahasa memiliki fungsi ekspresif, sarana efektif dari belenggu yang menghimpit batin.
Untuk itulah dalam makalah ini akan dibahas tentang lebih dalam mengenai bahasa dan emosi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberikan gambaran mengenai hubungan antara bahasa dan emosi serta hal-hal yang berkenaan dengan ekspresi bahasa dan emosi.
1.3 Fokus Masalah
Fokus masalah dalam penyusunan makalah ini adalah “bagaimanakah hubungan antara bahasa dan emosi serta hal-hal yang berkenaan dengan ekspresi bahasa dan emosi?”.
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang bahasa dan ekspresi emosi .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Emosi
Menurut Chaplin (2000) emosi merupakan suatu keadaan terangsang dari organisme, mencakup perubahan yang disadari, mendalam sifatnya dan perubahan perilaku. Di dalam Goleman (1999) disebutkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan ada kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Coper dan Sawaf menyebutkan bahwa emosi merupakan gerakan untuk mengeluarkan perasaan sehingga dapat menggerakkan seseorang, sebagai sumber energy.
Dapat disimpulkan bahwa, emosi adalah jiwa yang mempunyai kekuatan dan kedalaman sehingga dapat menggerakkan diri dengan semangat dan sumber energy.
Frestialdi (2008), menyebutkan bahwa ada tujuh fungsi emosi bagi manusia yaitu :
1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.
Bayangkan jika seseorang tiba-tiba bertemu dengan ular. Mungkin seseorang itu akan merasa terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka ia selamat dari gigitan ular. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena seseorang itu memiliki respon otomatis.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu..
4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain.
5. Meningkatkan ikatan sosial
. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat
6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
2.2 Pengertian Bahasa
Secara etimologis, kata verbal berasal dari verb (bahasa Latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti ‘sesuatu’ yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian, atau peristiwa, atau ‘sesuatu’ yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Menurut Irapurwitasai (2009), Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan symbol, khususnya symbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Bahasa terbagi menjadi bahasa verbal dan non verbal. Kata ‘verbal’ sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan ‘berarti’ atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang berkaitan dengan ‘kata’ yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa komunikasi verbal adalah bahasa – kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan hanya manusia yang dapat melambangkan keadaan dunia melalui bahasa.
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:
a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif;
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah;
c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2.3 Hubungan Emosi dan Bahasa
Banyak orang mengatakan, bahasa adalah alat komunikasi. Tentu saja pernyataan ini tepat, karena dengan bahasa komunikasi antara manusia dapat terjalin. Namun, apakah fungsi bahasa hanya terbatas sebagai alat komunikasi?
Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seseorang sedang sedih atau senang akan mengekspresikannya dengan menulis buku harian, menulis puisi, lirik lagu, cerita ataupun karya tulis atau pun bentuk bahasa tulis lainnya. Sedangkan ekspresi bahasa non verbal, yaitu ketika manusia mengekspresikan emosinya dengan menangis, menari, melontarkan kalimat – kalimat amarah, dan lain – lain. Dengan membahasakan ekspresi tersebut manusia akan merasa tenang dan terbebas dari tekanan emosi yang dirasakannya.
Sebagai contoh kasus yang riil adalah video luapan emosi Marshanda. Aksi nekat yang ia lakukan tersebut merupakan ekspresi dari emosi yang ia miliki. Dalam video itu, ia menangis, berteriak, menyanyi meluapkan emosinya secara non verbal. Entah tindakannya tersebut hanya untuk mencari perhatian semata atau memang murni diluar kesadaran. Apapun itu, aksi tersebut jelas menggambarkan bagaimana bahasa memiliki fungsi ekspresif, sarana efektif dari belenggu yang menghimpit batin. (Rizki Sunaryo 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Eksperimen pertama tentang bahasa dilakukan pada abad ke tujuh oleh raja Mesir, Psammetichus. Kata orang, dia meninggalkan dua orang bayi di gunung yang terpencil yang dimaksudkan untuk menemukan bahasa asli dari manusia. Yang terjadi kemudian pada abad ke-4 SM dalam dialog pada Cratylus, Plato tentang pada asal mula alam dan asal kata-kata. Karena ketertarikan pada Emosi, pada zaman modern Darwin telah membuat hal yang paling penting dan disebutkan pada setiap studi tentang emosi. Walaupun begitu, kita telah mencatat dari diskusi orang-orang Yunani tentang emosi dan temperamen dan peran dari cairan tubuh yang menyebabkan emosi.
Karakteristik bahasa
• semantic : yang berkaitan dengan arti kata
• arbitrariness : hubungan intrinsik antara unit bahasa dengan pengertiannya
• displacement : bahasa bisa mengkomunikasikan informasi tentang hal-hal di lain tempat atau waktu
• productivity : menggunakan jumlah yang terbatas dari unit-unit pengertian dalam bahasa yang diberikan, terdapat jenis yang tidak terbatas yang bisa diekspresikan dari kombinasi yang berbeda
• traditional transmission : terdapat peran yang penting dalam mengajarkan dan mempelajari dalam penyebaran bahasa yang diberikan dari generasi ke generasi (Crystal, 1987)
Emosi bukan hanya pengalaman-pengalaman subjektif belaka, emosi mempunyai berbagai fungsi. Seperti kesiapan untuk aksi melalui pengerahan dan koordinasi dari bermacam-macam mekanisme fisiologis, membentuk perhatian dan persepsi, memfasilitasi memori, membentuk perilaku untuk tujuan yang langsung pada aktivitas, beradaptasi dengan perubahan tuntutan sosial, mempengaruhi perilaku yang lain,dan membantu pembuatan keputusan (Panskeep, 1998).
Linguistik dan Ekspresi Emosi pada orang dewasa
Sistem Bahasa
Bahasa yang Diucapkan
Bahasa yang diucapkan (speech) berarti bahasa yang secara spesifik dihasilkan melalui oral channel (mulut) dan dimengerti melalui auditory channel (telinga).
Karakteristik umum:
• broadcast transmission: pembicaraan dapat didengar oleh beberapa pendengar dalam jarak pendengaran
• rapid fading : pembicaraan bersifat sementara,
• specialization : pembicaraan hanya berfungsi sebagai komunikasi
Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat tidak hanya dibentuk oleh aural/ oral channel tetapi juga beberapa channel seperti kedipan mata, gerakan tangan, wajah, dan torso. Dalam bahasa isyarat juga terdapat semua tingkatan grammar : fonologi, morfologi, dan sintaks.
Ekspresi Emosi Non-Bahasa
Persajakan dalam Bahasa yang diucapkan
Persajakan meliputi tekanan, intonasi, kekerasan, titinada, hubungan suara, dan kecepatan berbicara. Persajakan melebihi bentuk percakapan biasa karena berbeda dalam penekanan suara, kualitas, dan juga kualifikasi.
Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah adalah daerah lain dalam komunikasi bukan ilmu bahasa. Ekspresi wajah termasuk perawakan-perawakan dan gerakan-gerakan fasial yang semata-mata refleksif (ket: cepat yang mendekati objek), kelihatannya emosional (ket: mata melebar dan mulut terbuka, ketika terkejut), dan paralinguistik/komunikaif (ket:, kedipan dengan diam-diam atau satu anggukan kepala) (fridlund,1994). Jenis yang terakhir, ekspresi-ekspresi yang menemani dan lampiran cara bicara adalah benar-benar yang paling umum ( Ekman &Fridlund, 1987: Fridlun &Gilbert, 1985).
Ekspresi wajah dan cara bicara
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menampilkan dan merasa dinamis, ekspresi wajah secara emosional dalam tanya jawab face-to-face kita.
Chovil menemukan jenis paling lazim dari ekspresi wajah penuh arti adalah suatu penampilan yang semantik oleh pembicara. Ini adalah ekspresi wajah yang menambahkan maksud bersinggungan dengan pembicara yang naratif itu, Sebagai contoh, "pembicara mengangkat alis matanya dan satu sisi dari bibir atasnya lalu mengedipkan matanya untuk menggambarkan rasa tidak suka pribadinya, sambil berkata.'Aku benci. Aku benci pencuci mulut dengan alkohol pada mereka'. ( Bavelas &Chovil. 1997. p.341; ChoviI 1991/1992. p.180).Bagaimanapun, tidak semua penampilan yang semantik menyediakan informasi dengan pesan ilmu bahasa.
Kesimpulannya, ekspresi wajah terjadi dengan cara bicara dan melayani beberapa fungsi: Mereka dapat menyatakan emosi dari pembicara sendiri, atau emosi pokok materi yang sedang dibahas; mereka dapat menyediakan isyarat semantik bahwa boleh atau tidak boleh berlebih-lebihan dengan pesan ilmu bahasa yang mereka temani; mereka boleh juga bertindak sebagai penanda syntactic, untuk membantu memperjelas suatu ucapan; dan akhirnya,
Ekspresi Wajah dalam ASL
Serupa dengan bahasa-bahasa yang ditandai di dunia, ekspresi wajah dalam ASL melayani fungsi-fungsi ganda. Tidak hanya apakah itu digunakan untuk tujuan-tujuan secara emosional, seperti halnya bahasa lisan, tetapi beberapa bentuk perilaku-perilaku spesifik wajah juga adalah penanda-penanda yang bersifat tata bahasa untuk sejumlah besar berhubungan dengan kamus, keterangan, dan susunan syntactic—sebagai contoh, kalimat bersyarat, anak kalimat, dan pertanyaan WH.
Pengkodean Dengan Kamus dari Emosi
Bahasa Lisan
Emosi dasar manusia ditandai dengan kata-kata,kebahagiaan, kemarahan, ketakutan, kejutan, menjijikkan, dan malu (Ekman, 1980, 1989; Izard, 1971. 1977).
Di luar pengkodean langsung emosi dalam bahasa via kata-kata emosi sendiri, para pembicara dan penandatangan mempunyai akses kepada suatu penanda-penanda ilmu bahasa yang luas untuk menyampaikan modulasi-modulasi sikap atau pendirian. Sebagai contoh, Biber dan Finegan (1989) membangun daftar lebih dari 100 makna kamus menandakan sikap-sikap perbedaan di dalam bahasa Inggris. Suatu konteks tulisan di mana pendirian pribadi memainkan suatu peran yang kritis dalam cerita. Ini adalah catatan pertama oleh Labov dan Waletzky (1967), yang memperkenalkan fungsi yang evaluatif sebagai suatu aspek yang penting tentang segala cerita sukses.
Bahasa yang Ditandai
Mirip dengan bahasa lisan: secara emosional dan attitudinal informasi dapat disampaikan dalam ASL tanda-tanda manual dari emosi (ket: BAHAGIA. BERSALAH. SEDIH. YANG DISUSAHKAN) sederajajat dengan kepastian (ket: BENAR, BISA, YANG MUNGKIN, MUNGKIN, RAGU) semuanya adalah tersedia untuk penandaan. Lebih dari itu, modulasi halus dari gerakan tanda perbedaan morfologi seperti permulaan (Dia sakit) melawan kebiasaan (Dia selalu sakit, seperti menjadi seorang yang terlalu cemas dengan kesehatan).
Yayasan Ilmu Syaraf
Sebuah diskusi tentang hubungan antara bahasa dan emosi tidak akan lengkap tanpa satu lapisan dasar pengujian syaraf mereka, dan, sesungguhnya, ini adalah salah satu cara daerah-daerah fungsional ini di dalam literatur. Logikanya adalah pada umumnya lapisan dasar syaraf mereka terpisah; jelas itu adalah puncak dari kebebasan fungsional mereka. Bukti dari dasar syaraf mereka berbeda harus jelas, bagaimanapun, sebagai komunikasi ilmu bahasa dan bukan ilmu bahasa emosional terjadi pada waktunya dan sering bersamaan.
Lapisan dasar syaraf untuk bahasa lisan pada orang dewasa menjadi lebih baik dipahami dibanding hampir semua fungsi-fungsi dominan(biasanya, sebelah kiri) belahan otak besar muncul sebagai tempat yang utama dari kendali untuk "klasik" komponen bahasa—fonologi, ilmu bentuk kata dan sintaksis; untuk bahasa liasan dan yang ditandai (Poizner. Klima. &Bellugi,1987).
Saraf bagian bawah (neural substrates) untuk komunikasi nonbahasa telah dipelajari dalam hubungannya dengan ekspresi emosi. Kebanyakan riset telah dipusatkan pada ekspresi wajah. Tiga puluh tahun riset sudah mencakup ekspresi emosi namunyang penting penemuan tersebut bervariasi menurut bebeapa variable, salah satunya yaitu literature Borod mengenai empat komponen emosi yaitu processing mode (pengertian, ungkapan, dan pengalaman), communication channel ( wajah, prosodic, dan yang berhubungan dengan bahasa), dimensi emosional (valensi), dan emosi terpisah (kegembiraan, ketakutan). Ungkapan emosional dapat bertukar-tukar menurut parameter ini.
Gambaran perkembangan
Abad 20, penelitian behaviorisme memusatkan perhatian pada psikologi anak. Pada Pertengahan 1960 sampai awal 1970 berubah pada bidang psikologi perkembangan. Seperti Chomsky's (1965) pada bahasa dan studi mandiri Ekman ( 1972) dan Izard (1971) tentang ekspresi emosional spesifik. Ironisnya studi ini hanya pada orang dewasa tidak pada anak-anak. Meskipun demikian, proposal mereka yang universal menekankan pentingnya bahasa dan perkembangan emosional untuk mengidentifikasi aspek dan parameter sistem komunikatif ini.
Kemunculan Komunikasi Emosional
Ekspresi emosional wajah pada pendengaran dan anak tunarungu
Dalam beberapa jam kelahiran, bayi menghasilkan guratan ekspresi berbeda sebagai keinginan yang berbeda. Selama satu tahun pertama, guratan ekspresi anak menjadi suatu saluran komunikasi penting ( e.g. Buritan, 1977). Sejak dini, bayi menggunakan raut wajah tertentu untuk menyampaikan tingkah laku. Sebagai contoh, 7 bulan pertama kerut kening dalam kemarahan mereka merupakan jawaban atas pengekangan fisik( Stenberg, Campos,& Emde, 1983).
Bayi tuli yang tumbuh dewasa dengan bahasa isyarat akan mengikuti suatu pola pengembangan yang serupa (Reilly, Mintire& Bellugi, 1986/1990; Marschark, 1993). Sehingga, bayi cenderung komunikator, konsisten menggunakan bentuk wajah yang spesifik untuk menyatakan dan menginterpretasikan informasi emosi.
Pengembangan Vokalisasi Emosional
Pada waktu kelahiran, bayi digunakan saluran yang berkenaan dengan suara untuk menyatakan kesusahan dan kejengkelan. Dan suatu tangisan mempunyai suatu karakteristik menangis/berteriak wajah ( e.g., Izard, Hembree& Huebner, 1987). Bagaimanapun, studi sistematis pada sifat alami bayi yang prelinguistic emosional vocalisasi adalah jarang. Pada contrastto studi ekspresi wajah bayi, studi parameter yang menandai vokalisasi bayi diperumit oleh ketidakhadiran suatu hormology yang menjadi jelas dan bersih pada masa dewasa(Scherer, 1982).
Keseluruhan, peneliti sudah menemukan bahwa Anak-Anak yang tuli dengan Orang tua tuli yang memperoleh ASL akan mengikuti suatu pola perkemmbangan serupa dan menggunakan prinsip bahasa yang sama ( Belugi& Klima, 1982; Newport& Meier, 1986; Petitto, 1988; Petittio& Marentette, 1991; Reilly, Mcintire, 1991; Casselli& Volterra, 1990; Volteraa & Ivrson, 1995; Reilly, 2000; dan lihat Meier, 1991,)
Narasi: Sebuah konteks untuk integrasi bahasa dan emosi
Para penulis ini mencirikan sebuah narasi sebagai urutan temporal klausa yang terkait, dan mereka juga mengidentifikasi referensial dan fungsi evaluatif narasi. Mereka menganggap refrensi untuk menyertakan informasi tentang karakter dan peristiwa; itu adalah cerita yang bergerak maju-mundur. Sebaliknya, aspek evaluatif memberikan pengertian cerita narasi, yang mengungkapkan sikap narator atau sikap emosional kepada komponen refrensial. Tambahan dari fungsi evaluasi social adalah mengajak dan mempertahankan perhatian penonton.
Evaluasi narasi
Dengan demikian, informasi evaluatif dapat disampaikan / dikemas dalam beberapa cara: secara leksikal, misalnya, dengan menggunakan intensif, modals, atau pembicara,had untuk mencerminkan sikap, yaitu sikap leksikal penanda seperti yang tercantum sebelumnya; sintaksis, seperti pada klausa relatif, fungsi yang biasanya untuk mengomentari perilaku seseorang / karakter suara rendah(Anda tahu, bahwa orang akan melakukan apa saja untuk menang): dan paralinguistik, dengan ekspresi wajah emosional, sikap, dan afektif yang dapat secara efektif menyampaikan sikap narator atau mencerminkan emosi yang disimpulkan dari karakter.
Ketika evaluasi bahasa disampaikan, hal itu merupakan bagian dari tubuh cerita yang tepat. Namun, ketika evaluasi paralinguistic disampaikan, melalui ekspresi wajah atau ilmu persajakan, dapat terjadi aspek cerita yang referensial , karena artikel seminalis Labov dan Waletzky pada tahun 1967, para peneliti telah mempertimbangkan aspek-aspek evaluasi teks pada orang dewasa (misalnya, Biber & Finegan, 1989, Labov 1984) dan dari perspektif developmenetal (misalnya, Bamberg & Damard-Frye, Bamberg & Reilly, 1996; Bermen, 1993,1997, Bermen & Reilly, 1995; Peterson & McCabe, 1983: Reilly, 1992; Reilly , Klima & Bellugi 1990),
Ekspresi afektif dalam narasi Dewasa: Inggris dan ASL
Untuk menilai cara orang lain menyampaikan evaluasi, maka kita kumpulkan cerita orang dewasa untuk memeriksa penggunaan ekspresi paralinguistic (misalnya, afektif ,ilmu persajakan dan stres). Berbeda dengan kelompok evaluasi lexial, ada variabilitas dalam kedua frekuensi dan distribusi paralinguistic ekspresi dalam cerita inggris ini untuk membedakannya. Secara keseluruhan dengan mendengar afektif orang dewasa,penggunaan ilmu persajakan afektif menjadi istimewa(Provine & Reilly, 1992). Melengkapi data Inggris, kami juga mengumpulkan cerita dari orang dewasa tuli. Tidak seperti pendengaran subjek Bamberg , dalam cerita-cerita, perangkat evaluative lexial tidak pada klausa resolusi konflik dan cerita. Ir. Stead, pada narasi kritis orang dewasa tuli yang sama . menggunkan kelebihan perangkat paralinguistic , terutama perubahan ilmu persajakan; yang diubah tanda lokasi, dan modifikasi dari bentuk atau ukuran dari gerakan jalan, atau tanda kecepatan; orang dewasa tuli juga digunakan melebihi kesatuan perangkat pada narasi kritis yang sama (McIntire & Reill , 1996).
Sejarah Perkembangan Evaluasi
Penilaian dalam Lexicalisasi Dituturkan oleh inggris. Karena ketertarikan pada pertanyaan tentang bagaimana anak-anak mengintegrasikan emosi dan berbicara bahasa yang kita kumpulkan melalui cerita anak-anak dikatakan Mercer (1979), Katak, di mana kau? (Reilly, 1992). Fokus kami bagaimana anak-anak belajar "untuk menceritakan sebuah kisah dewa yaitu, bagaimana atribut narator memaknai melalui perangkat evaluatif, khususnya melalui ekspresi emosional.
Penilaian dalam Lexicalisasi ASL
Jika proposal ekspresi paralinguistik kita berfungsi sebagai sistem pendukung dari batu loncatan pada ekspresi evaluasi lexicalisasi adalah sah, kita harus melihat pola yang sama pada pembangunan dalam narasi yang ditandatangani anak-anak. Dewasa: studi menunjukkan bahwa orang dewasa Tuli paralinguistic mengandalkan perangkat untuk menyampaikan aspek evaluatif narasi, khususnya ilmu persajakan afektif dan emosional ekspresi wajah (Mclntire & Reilly, 1996; Provine & Reilly, 1992), dan ini mencolok secara kontras dengan orangtua yang mengandalkan pendengaran dan lebih berat pada evaluasi linguistic yang tersembunyi.
Baik anak-anak Tuli dan anak-anak prasekolah pendengarannya sangat tergantung pada pengaruh penyampaian paralinguistical, khususnya affective prosodi, dan mereka menggunakan penkodean evaluasi leksikal kecil . Kemudian pada sekitar usia 5 sampai 6, terdapat penurunan yang signifikan dalam penggunaan ilmu persajakan vokal (dalam bahasa Inggris) dan visual prosodi (dalam ASL), sebagian anak-anak membuat transisi menuju strategi leksikal untuk evaluasi. Semakin beragam evaluasi muncul selama tahun-tahun sekolah. untuk kedua kelompok anak-anak Usia 7 tahun, ekspresi afektif paralinguistic menurun secara signifikan, dan evaluasi ditekan hampir seluruhnya secara leksikal. Oleh karena itu, meskipun model dewasa berbeda, profil perkembangan yang sama, tanpa memandang bahasa, dan peduli. Dari dalil di mana bahasa tersebut disampaikan.
Membawa Emosional ekspresi wajah untuk Layanan Bahasa
Tetapi kita juga melihat penggunaan ekspresi wajah emosional dalam narasi. Titik pertama untuk diperhatikan adalah bahwa untuk mendengarkan anak-anak, baik anak-anak prasekolah dan anak-anak usia sekolah, ekspresi wajah yang terjadi bersama-sama dengan bahasa ini sangat langka (Reilly, 1992). Jelas bahwa dalam tugas ini, vokal prosodi adalah pilihan yang sangat banyak untuk saluran penyampaian informasi emosional.
Cara Mengekspresikan Emosi
Baru-baru ini dilakukan pengamatan bagaimana anak-anak mengungkapkan emosi positif dan negatifnya. Untuk memancing respon, dilakukan test pada anak-anak normal dengan 3 tingkatan usia; 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Tujuannya adalah menguji atau memeriksa ekspresi emosi melalui raut wajah dan intonasi suara dalam memutuskan jika ada pilihan untuk mengekspresikan emosi dan apakah muncul sebuah bahasa dari ekspresi emosi tersebut. Ditemukan bahwa paa emosi negative, bayi merengek dan menangis dan menunjukan ekspresi wajah menangis. Sementara untuk menyampaikan emosi positif, wajahnya akan menunjukkan ekspresi tersenyum.
Ekspresi Emosi pada Dewasa
Tidak seperti bayi dan anak-anak, orang dewasa yang normal dapat melakukan bahasa verbal dan nonverbal dalam berkomunikasi, dan mereka dapat mengintegrasikannya. Namun, tetap ada perbedaan dalam ekspresi.
Pada orang dewasa, interaksi antara bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi emosi dipengaruhi oleh budaya spesifik yang ada,walaupun factor biologis juga berperan. Fakta juga menunjukkan bahwa bisa saja satu emosi dasar menjadi ekspresi universal tergantung keadaan.
Konflik Informasi : Gambaran Perkembangan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya bayi mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesannya. Seperti munculnya bahasa, menerima dan memberi,hasil eksperimen menemukan pertukaran pilihan, seperti anak yang baru belajar berjalan, kurang lebih 18 bulan, anak-anak dapat menunjukkan isyarat emosi saat terjadi konflik
Sebagai tambahan, Bugental dkk (1970) menemukan bahwa anak-anak kurang terpengaruh dibandingkan orang dewasa dengan ekspresi wajah (sebuah senyuman) saat terjadi masalah dengan kata dan intonasi suara. Factor perkembangan merupakan hal yang sangat penting yang mempengaruhi bias bahasa ini.
Cara Orang Dewasa Merespon Konflik Informasi Emosi
Ada kecenderungan bahwa orang dewasa dianggap ahli dalam mengintrepretasikan ekspresi wajah, prosodic, dan bahasa, cara menentukan cara untuk mengatribusikan emosi merupakan suatu hal yang penting.
Sejumlah kajian lain menunjukkan juga bahwa ha ini juga tergantung pada konteks social, kedekatan dan keakraban dari komunikasi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Emosi adalah jiwa yang mempunyai kekuatan dan kedalaman sehingga dapat menggerakkan diri dengan semangat dan sumber energy.
Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan symbol, khususnya symbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi.
Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverval.
0 comments:
Post a Comment