Tuesday, 22 March 2011

Hardiness


  1. Hardiness
1.      Pengertian Hardiness
Konsep Hardiness awalnya dikemukakan oleh Kobasa sebagai suatu vairiabel yang ada dalam diri individu untuk menerima dan menghadapi sesuatu. Maddi & Kobasa (Bartone: 1999: 72-82) ( dalam Rahayu 2009: 13) mengungkapkan orang yang memiliki hardiness  memiliki pengertian akan hidup dan komitmen yang tinggi akan pekerjaan, memiliki kontrol akan perasaan yang baik dan terbuka akan berbagai kesempatan dan tantangan dalam hidup.
Santrock (2002: 145) mengatakan Ketangguhan (hardiness) adalah gaya kepribadian yang dikarakteristikkan oleh suatu komitmen (daripada aliensi/keterasingan), pengendalian (daripada ketidakberdayaan), dan persepsi terhadap masalah-masalah sebagai tantangan (daripada sebagai ancaman).
Hardiness mengandung arti suatu konstelasi karekteristik kepribadian yang menyebabkan individu lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif yang dihadapi. Fungsi dari hardiness adalah (1) membantu individu dalam proses adaptasi dan dan lebih memilki toleransi terhadap stress, (2) mengurangi aibat buruk dari stres kemungkinan terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil, (3) membuat individu tidak mudah jatuh sakit, dan (4) membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan stress, (Rahardjo, 2004:49).
Hadjam (2003), (dalam Mahmudah, 2009: 4) menyebut ketangguhan pribadi (hardiness) mengacu pada kemampuan individu yang bertahan dalam menghadapi stress tanpa mengakibatkan gangguan yang berarti, lebih lanjut dikatakan bahwa ketangguhan pribadi sangat berperan dalam menentukan tingkah laku penyesuaian individu dalam menghadapi stres. Hardiness dalam penelitian ini lebih menekankan kepada kemampuan individu untuk membuat keputusan yang tepat, penyesuaian secara sehat terhadap lingkungan kerja yang menimbulkan stres sehubungan dengan beban tugas yang dikerjakan.
Mc.Cubbi (1988), (dalam Putri, 2008) mengungkapkan bahwa hardiness merupakan kekuatan dasar keluarga untuk menemukan kapasitas dalam menghadapi tekanan. Menurut Sheridan dan Radmacher (Istono, 1999), (Putri, 2008) hardiness merupakan kepercayan bahwa seseorang akan survive dan mampu tumbuh, belajar dan menghadapi tantangan.
Dari beberapa pendapat diatas (dipisahkan dengan spasi) dapat disimpulkan bahwa hardiness berhubungan dengan beberapa dimensi ketahanan, ketabahan individu yang lebih luas dalam menghadapi stres kerja. Hardiness pada individu terutama terlihat pada komitmen, pengendalian dan persepsinya terhadap masalah-masalah sebagai tantangan. Selain itu individu juga mampu beradaptasi secara sehat dengan lingkungan yang memberikan tekanan-tekanan timbulnya stres. Pada akhirnya mampu membuat keputusan dan mengendalikan stres kerja sesuai dengan aspek yang ada pada diri dan tuntutan lingkungan pekerjaan.
2.      Dimensi Hardiness
Adapun dimensi hardiness menurut Kobasa, dkk (dalam Williams, 1997:69) yakni:
1.      Control atau keyakinanan bahwa individu dapat mempengaruhi apa saja yang terjadi dalam hidupnya.
2.      Commitmen atau kecendrungan melibatkan diri dalam aktivitas yang dihadapi dan bahwa hidup itu memilki makna dan tujuan, dan.
3.      Challenge atau pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah Sesutu yang umum terjadi dalam kehidupan namun pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.
  Bower (1998) (dalam Amelia Rahayu: 2009: 18) mengungkapkan 3 karakteristik umum orang yang memiliki hardiness yaitu: a) percaya bahwa mereka bisa mengendalikan dan mempengaruhi peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, b) memiliki perasaan yang dalam atau rasa komitmen yang tinggi terhadap semua kegiatan yang ada dalam hidupnya, c) menganggap perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik.
Iba (2007) mengemukakan peta konsep mengenai dimensi hardiness yaitu:
Hardiness
Control                                    Commitment                                 challenge  

                                                             
                                                                       
                                                           

                                                           
                                                           




Gambar1. Peta konsep dimensi hardiness
3.      Ciri-ciri Hardiness
Gardner (1999), mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki Hardiness Yaitu :
a.       Sakit dan senang adalah bagian hidup
Orang yang memilki hardiness menganggap sakit dan senang ataupun semua kejadian yang baik dan tidak baik sebagai bagian dari hidup dan mereka mampu melalui semuanya bahkan mampu untuk menikmatinya. Fokus utama mereka adalah menjadiberguna dalam setiap keadaan.
b.      Keseimbangan
Orang yang memiliki hardiness memilki keseimbanagn emosional, spritual, fisik, hubungan anatr interpersonal dan frofesionalisme dalam hidip. Mereka tidak terbiasa terperangkap dalam situasi yang tidak baik dan mereka memilki solusi-solusi yang kreatif untuk keluar dari situasi tersebut.
c.       Leadership
Orang yang memiliki hardiness mampu bertahan dalam keadaan tertekan atau terkendali. Orang ini memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas yang mereka miliki, orang ini aktif, mampu mengendalaikan dan memilki harapan-harapan.
d.      Perspektif (pandangan)
Orang yang memilki hardiness memilki pandangan hidup yang tidak hanya berdasarkan “aku”nya atau hanya berdasarkan pemikirannya sendiri. Mereka tidak narsistik, tidak egosentris dan tidak sombong. Mereka memiliki pandangan yang lebih luas dalam dalam melihat sesuatu.
e.       Self-konowledge
Orang yang memilki hardiness memilki pengetahuan diri dan kesadaran diri yang tinggi. Mereka mengetahui kelebihan dan kekurangannya dan dia merasa nyaman dengan hal itu. Mereka tidak berusaha membandngkan diri dengan orang lain, mereka menerima diri mereka apa adanya.
f.       Tanggung jawab ke tuhan
Orang yang memiliki hardiness menyadari setiap dosa yang mereka perbuat dan akan segera memperbaikinya. Jika orang berbuat salah pada dirinya, mereka akan dengan mudah mampu memaafkannya dan meminta maaf jika melakukan kesalahan pada orang lain.
g.      Tanggung jawab
Orang yang memiliki hardiness mampu menerima tanggung jawab. Mereka mampu untuk “menikmati” keadaan yang sedang mereka alami ataupun akibat negatif dari keadaan yang mereka alami.
h.      Kedermawaan (generousity)
Orang yang memilki hardiness penuh dengan cinta, energi dan sumber daya. Mereka dermawan, terbuka, mempercayai, bekerja dan memberi. Mereka melihat dirinya sebagai bagian dari masyarakat dan berbagi dengan orang lain.
i.        Gratitude (terima kasih atau bersyukur)
Orang yang memiliki hardiness senantiasa bersyukur  terhadap apa yang mereka miliki. Mereka percaya bahwa setiap orang tergantung satu sama lain. Mereka menerima kelemahan, kelebihan, ketidakberdayaan, dan kebutuhannya akan kepedulian dari orang lain anpa rasa malu dan membiarkan orang lain membantunya atau mau menerima bantuan dari orang lain.
j.        Harapan (hope/ joy)
Orang yang memiliki hardiness memiliki perasaan yang indah terhadap harapan-harapannya, mampu stabil dalam berbagai keadaan yang tidak baik dan tidak pesimis. Mereka memiliki harapan untuk dapat menikmati hidup dengan bebas dan penuh dengan kebahagiaan.
k.      Punya daya pikir yang tinggi
Orang yang memiliki hardiness memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif. Orang ini memiliki daya cipta, melihat pilihan secara aktif, memiliki cara-cara atau teknik pemecahan masalah tersendiri
l.        Fleksibel
Orang yang memiliki hardiness mampu menikmati pilihan kedua dan mereka lebih fleksibel. Mereka menikmati apa yang mereka miliki daripada menangisi apa yang tidak mereka miliki.
m.    Memiliki selera humor
Hardiness mencerminkan rasa humor yang dimiliki seseorang. Mereka mampu menertawakan dirinya sendiri dan tidak membiarkan dirinya menjadi orang yang terlalu serius. Mereka memiliki spontanitas dan fleksibelitas sehingga mereka mampu menikmati perbedaan, adanya variasi dan kesempurnaan ciptaan tuhan.
n.      Rejection/ penolakan
Orang yang memiliki hardiness tidak mudah menyerah dengan kegagalan atau penolakan yang mereka alami. Mereka mampu belajar dari kesalahan dan bangkit dari suatu kegagalan, suatu penolakan ataupun suatu penyangkalan. Mereka tidak akan berhenti meskipun sudah gagal berulang-ulang.
o.      Kehormatan
Orang yang memiliki hardiness memiliki perilaku, tata krama yang baik sehingga mereka memperoleh penghormatan dan penghargaan dari orang lain.
p.      Penggunaan waktu
Orang yang memiliki hardiness mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.  Mereka mampu membingkai kebosanan menjadi produktifitas, mengisi waktu dengan hal yang lebih bermanfaat dan mereka memotivasi dirinya dalam memulai suatu hal.
q.      Dukungan
Orang yang memiliki hardiness mengidentifikasi dan memelihara sistem pendukung pribadi. Ia mampu mengembangkan hubungan yang sehat dalam suatu kelompok, memiliki pengaturan atau batasan-batasan sehingga tidak memberikan dampak timbal balik pada masing-masing pihak.


r.        Kemampuan selalu belajar
Orang yang memiliki hardiness terbuka dengan suatu gagasan yang baru. Mereka adalah pelajar seumur hidup. Mereka tidak gampang menyerah terutama dalam menerapkan suatu gagasan atau ide yang baru.
s.       Penyelesaian konflik
Orang yang memiliki hardiness dapat melakukan atau menghadapi konfrontasi tanpa kehilangan keseimbangan dalam dirinya. Orang ini mampu mendengarkan dengan baik tanpa melakukan penyangkalan, memberi masukan dan mampu menjawab secara terus terang terhadap isu yang ada. Mereka akan berubah jika harus dan tidak mudah dikendalikan oleh pendapat orang lain.
4.      Meningkatkan Hardiness
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menuju ketangguhan pribadi seperti dikemukakan Malani (2010), yaitu :
a)       Menetapkan misi hidup. Beberapa penjabaran dari penetapan misi hidup, antara lain: membangun misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi , menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total.
b)       Membangun karakter, yaitu dilakukan dengan beberapa langkah strategis berikut : relaksasi, membangun kesadaran diri, membangun kekuatan afirmasi, mengembangkan pengalaman positif, membangkitkan dan menyeimbangkan energi batiniah, dan mengasah prinsip (pelatihan penjernihan emosi).
c)      Pengendalian diri (self cotrolling), yaitu kemampuan mengelola kondisi kemauan, kebutuhan, impuls (desakan), drive (dorongan) dan sumberdaya diri sendiri. Beberapa aspek, yang berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri, antara lain: kendali diri (Self Control) yakni mengelola emosi-emosi dan desakan (impuls) hati-hati yang merusak, sifat dapat dipercaya (Trustworthiness) yakni memelihara dan internalisasi norma kejujuran dan integritas pribadi, Kehati-hatian (Conscientiousness) yakni bertanggungjawab atas kinerja pribadi, dan Inovasi (innovation) yakni mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.

15 comments:

faiz said...

maaf, boleh tahu nggak refernsi buku yang bahas hardiness tu apa aja? (kalo bisa yg tahun 2000an)
terimakasih

faiz said...

maaf, boleh tau referensi buku tentang hardiness tu apa aja? (kalo bisa yg tahun 2000an)
terimakasih...

Anonymous said...

apa saya bisa tahu referensi dari artikel anda ini?? saya membutuhkan referensi ini untuk kuliah. thx

aw-myblog said...

apa saya bisa tahu referensi dari artikel anda ini?? saya membutuhkan referensi ini untuk kuliah. thx

aw-myblog said...

apa saya bs meminta referensi dari artikel anda tentang hardiness??

Anonymous said...

apa saya bisa mengetahui referensi dari artikel anda ini?? saya membutuhkan referensi ini. terima kasih

Anonymous said...

apa saya bisa tahu referensi dari artikel anda ini?? saya membutuhkan referensi ini untuk kuliah. thx
Abdul Muiz

Sri Handayani said...

maaf, apa boleh saya tau refrensinya. ini diambil dari buku apa dan penulisnya siapa. soalnya saya butuh materi ini untuk kuliah.

Anonymous said...

apa saya boleh tahu referensi dari artikel ini?

Unknown said...

apa bedanya hardiness dengan ketangguhan mental ?

Unknown said...

Bisa meminta referensi berupa jurnal atau apapun, jika bisa apakah bisa diemailkan ke purnamajagad@gmail.com mohon admin berkenan, urgent unt skripsi.

Anonymous said...

referensi dari artikel ini dari mana saja ya? apa saya boleh tau ?

Unknown said...

Tolong share referensinya.. Terimakasih

Unknown said...

Maaf aku boleh minta referensi bukunya gak kak?kalau boleh tolong kirim ke email aku yaa rfzahro@gmail.com makasih kakkk

Unknown said...

Maaf aku boleh minta referensi bukunya gak kak?kalau boleh tolong kirim ke email aku yaa rfzahro@gmail.com makasih kakkk