Thursday 5 March 2009

Apakah Anda Penderita Disfungsi Seksual?

Kerinci-Disfungsi seksual Meliputi masalah dalam minat rangsangan, atau respon seksual. Sejumlah kasus disfungsi seksual telah ada dalam sepanjang diri individu.Oleh karena itu di beri label disfungsi seumur hidup. Pada disfungsi situasional, masalah muncul pada situasi (sebagai contoh dengan pasangan tertentu), tetapi tidak pada situasi yang lain(misalnya denga kekasih atau ketika bermasturbasi). Pada kasus disfungsi menyeluruh, masalah muncul pada semua situasi dan pada setiap individu melakukan aktifitas seksual.a. Siklus respon seksual
DSM menjabarkan siklus respon seksual dalam 4 fase yang berbeda, yaitu :
1. Fase keinginan. Fase ini melibatkan fantasi seksual dan hasrat untuk melakukan aktifitas seksual.
2. Fase perangsangan.Fase ini melibatkan perubahan fisik dan perasaan nikmat yang muncul saat proses perangsanga seksual.
3. Fase orgasme. Baik pada pria dan wanita, tegangan seksual mencapai puncaknya dan di lepaskan melalui kontraksi ritmik involunter dari otot pelvis disertai dengan perasaan nikmat.
4. Fase resulusi. Fase terjadinya relaksasi dan perasaan nyaman.

b. Jenis-jenis Disfungsi Seksual
Menurut DSM-IV Jenis-jenis disfungsi seksual adalah :
1. Gangguan hasrat seksual.
2. Gangguan rangsang seksual
3. Gangguan orgasme
4. Gangguan sakit atau nyeri seksual







Perspektif teoritis disfungsi seksual
a. Perspektif Biologis
Factor biologis dapat memainkan peran yang penting pada kurang lebih 70%-80% kasusu disfungsi ereksi.Faktor biologis lainnya yang dapat mengganggu hasrat, keterangsangan seksual, dan orgasme meliputi konsi saraf yang rusak seperti muliple sclerosis,gangguan paru-paru, ginjal, pernapasan, penykit menular seksual dan efek samping dari obat-obatan.
b. Perspektif Psikodinamika
Hipotesis psikodinamika secara umum mempertimbangkan dugaan adanya konflik pada saat falik. Seksualitas genital yang matang di percaya membutuhkan penyelesaian total dari Oedipus komplek dan Elektra kompleks.Pria dengan disfungsi seksual di duga secara tidak sadar menderita akan kastrasi. Gangguan orgasme mencegah pria untuk mencegah aksinya dan secra tak sadar meminimalkan rasa bersalah dan ketakutannya.
c. Perspektif Belajar
Teoritikus memusatkan perhatian pada peran kecemasan terkondisi dalam perkembangan disfungsi seksual. Pemenuhan seksual juga di dasarkan pada belajar keterampilan seksual. Keterampilan atau kompetensi seksual seperti jenis keteramilan lainnya di dapat melaui kesmpatan belajar hal baru. Kita belajar mengenai tubuh kita dan pasangan kita beraspon secara seksual dalam berbagai cara. Dengan belajar tentang respon seksual kita melalui self-exploration(seperti masturbasi)dengan membaca tentang teknik seks,dan mungkin dengan berbicara dengan orang lain atau menonton film atau rekaman seks .


d. Perspektif Kognitif
Albert alis menekankan bahwa kepercayaan dan sikap irasional dapat memberikan kontribusu pada disfungsi seksual. Pertimbangan kepercayaan irasional bahwa setiap saat kita mendapatkan persetujuan dari setiap orang yang penting bagi kita dan bahwa kita harus benar-benar kompeten dam setiap hal yang kita lakukan.


e. Perspektif Sosiokultural
Teoritikus Psikodinamika modern menyadari bahwa kemarahan an perasaan-perasaan negatif lainnya yang dimiliki wanita terhadap pria dapat menyebabkan disfungsi seksual. Namun, mereka juga percaya bahwa emosi negatif ini berakar dari factor-faktor sosiokultural dan bukan penis envy. Wanita dalam masyarakat kita sering disosialisasikan untuk berkorban dan mengabdi pada suami mereka, diman hal ini dapat membangkitkan pemberontakan yang diekspresikan melalui disfungsi seksual. Faktor sosiokultural juga memainkan peran penting dalam disfungsi ereksi.
f. Faktor Psikologis
Berbagai factor psikologis seperti depresi, kecemasan, rasa bersalah, dan rendahnya self estim dapat mengganggu hasrat atau performa seksual. Satu penyebab yang penting adalah kecemasan akan performa, suatu jenis kecemasan yang melibatkan perhatian yang berlebihan tentang apakah kita akan mampu untuk memberikan performa yang baik. Orang yang merasa terganggu akan kecemasan terhadap performa akan menjadi penonton dalam berhubungan seks, bukan pelaku. Pria dengan kecemasan akan performa memiliki kesulitan dalm mencapai atau mempertahankan ereksi atau berejakulasi dini, sedangkan wanita menjadi tidak terangsang secara adekuat atau mengalami kesulitan dalm mencapai orgasme.
g. Terapi Seks
Bentuk terapi psikoanalisis menggunakan pendekatan tidak langsung terhadap disfungsi seksual. Diduga bahwa disfungsi seksual mencerminkan konflik yang mendasari dan disfungsi dapat teratasi jika konflik yang mendasari perkiraan penyebab dari disfungsi dipecahkan melalui psikoanalisis. Kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa pendekatan psikoanalisis dapat mengatasi disfungsi seksual menyebabkan para klinisi peneliti mengembangkan pendekatan yang lain yang lebih memfokuskan secara langsung pada masalah seksual itu sendiri.
h. Gangguan hasrat seksual
Terapi seks mencoba membantu seksual dengan hasrat seksual yang rendah dengan membangkitkan minat seksualnya melalui penggunaan self-stimulation (masturbasi) bersamaan dengan fantasi erotik. Atau saat menangani pasangan, terapi dapat memberikan latihan pemuasan timbal balik pada pasangan yang dapat dilakukan di rumah atau mendorong mereka untuk memperluas perbendaharaan seksual mereka dengan tujuan untuk menambah hal-hal baru dan kegairahan dalam kehidupan seks mereka.
i. Gangguan Rangsangan
Wanita yang memiliki kesulitan untuk terangsang secara seksual dan pria dengan masalah ereksi pertama-tama diberikan pendidikan mengenai fakta bahwa mereka tidak harus melakukan sesuatu untuk menjadi terangsang. Masterr dan Johnson meminta pasangan mengatasi kecemasan akan performa dengan melakukan latihan berfokus pada sensasi yaitu kontak seksual yang tanpa tuntutan latihan berkala yang tidak menuntut munculnya rangsangan seksual dalam bentuk lubrikasi vagina atau ereksi. Pasangan memulai dengan memijat satu sama lain tanpa menyentuh genital.
j. Gangguan Orgasme
Wanita dengan gangguan orgasme sering memiliki kepercayaan yang mendasar bahwa seks adalah suatu hal yang kotor atau penuh dosa. Mereka sering kali cemas tentang seks dan belum pernah mempelajari melalui proses coba-coba, jenis stimulasi seksual apa yang dapat merangsang mereka dan membantu mencapai orgasme. Masturbasi memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang tubuh sendiri dan memberikan kenikmatan pada diri sendiri tanpa bergantung pada pasangan atau keharusan untuk memenuhi kebutuhan pasangan
k. Vaginimus dan Dispareunia
Vaginimus adalah refleks terkondisi yang menyebabkan penyempitan tak sadar pada bagian mulut vagina. Hal itu dikarenaakan ketakutan secara psikologis akan terjadinya penetrasi dan bukan sesuatu kerusakan dan gangguan fisik. Penanganan untuk vaginimus meliputi kombinasi teknik relaksasi dan penggunaan pembesar vagina untuk secara bertahap mendesensitisasi otot vagina.
l. Evaluasi terhadap terapi seks
Angka keberhasilan untuk terapi seks lebih baik pada beberapa gangguan disbanding gangguan lain. Tingkat kesuksesan yang tinggi dilaporkan dalam penanganan veginismus pada wanita dan ejakulasi dini pada pria. Hasil yang lebih baik secara umum dilaporkan dari program masturbasi yang ditujukan kepada wanita pre-orgasme dengan angka kesuksesan (persentase wanita yang mencapai orgasme) dilaprokan dalam kisaran 70%-90% (Rosen dan Leiblum).
Penanganan Biologis untuk Disfungsi seksual pria
Penangan biologis terhadap gangguan ereksi meliputi banyak tekhnik, tetapi sekarang ini lebih dipusatkan pada penggunaan obat-obatan, baik untuk membangkitkan ereksi atau menunda ejakulasi. Contoh yan paling terkenal luas adalah viagra, obat yang memperl;uas aliran darah di penis, yang memiliki efek peningkatan aliran darah ke penis yang dapat menyebabkan menjadi ereksi.



0 comments: