Saturday 30 January 2010

Makalah “ Redefinisi Identitas Indonesia Melalui Kajian Budaya”.

A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam realitas kehidupan sehari-hari tidak lepas dan berdiri sendiri melainkan membentuk kesatuan-kesatuan social seperti :keluarga, kekerabatan, perkumpulan, ketetanggaan, persahabatan, persaingan, komunitas, Suku Bangsa, Bangsa, Negara, serta badan-badan Internasional.
Indonesia sebagai bangsa besar memiliki keanekaragaman budaya yang disatukan dalam semboyan” Bhinika Tunggal Ika” dan budaya merupakan salah satu identitas diri bangsa indonesia. Seiring perkembangan zaman budaya juga mengalami perubahan hal - hal yang berubah adalah unsur-unsur budaya seperti pengetahuan, kepercayan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat.
Perubahan budaya di Indonesia tak lepas dari pengaruh globalisasi yang terjadi dunia dan globalisasi berakibat pada memudarnya jati diri bangsa Sebagai contohnya, di Indonesia mulai berkembang internet. Hal itu menyebabkan arus informasi semakin mudah untuk di akses. Dahulu, internet hanya ada di kota – kota besar, tetapi sekarang ini di desa pun sudah banyak warnet. Hal itu sangat bertentangan dengan ide, nilai, dan norma suatu bangsa karena dengan mudahnya internet tersebut masuk ke Indonesia. Selain itu, ada hal lain yang menyebabkan jati diri suatu bangsa itu luntur, yaitu dengan masuknya perusahaan – perusahaan asing telah mematikan perusahaan dan usaha masyrakat. Bagaimana tidak, dibandingkan produk perusahaan asing harga jual lebih murah, kemasan yang bagus dan ditambah dengan tingkat konsumen masyarakat yang tinggi, produk perusahaan nasional serta usaha kecil masyarakat jelas kalah bersaing. Dengan masuknya budaya – budaya asing dapat menimbulkan kekhawatiran. Hal itu disebabkan jika budaya asing itu dapat mempengaruhi budaya lokal, maka yang terjadi adalah luntur ataupun penyingkiran budaya lokal. Dapat diambil contoh perempuan jaman dahulu selalu mengenakan kebaya ataupun rok, tetapi setelah era globalisasi perempuan sudah jarang yang mengenakan kebaya atupun rok. Mereka lebih memilih menggunakan celana jeans yang di anggap mengikuti mode.Era Globalisasi dewasa ini mengharuskan kita untuk bersikap arif dan mampu merumuskan serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam beriteraksi terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jadi diri, serta menyegarkan dan memperluas maknapemahaman kebangsaan kita dengan mengurangi berbagai dampak negatif yang akan timbul dengan cara di antaranya adalah pembangunan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan, pemberian ketrampilan hidup ( life skill ) agar mampu menciptakan kreatifitas dan kemandirian, usaha menumbuhkan budaya dan sikap hidup global, seperti mandiri, kreatif, menghargai karya, optimis, dan terbuka, usaha selalu menumbuhkan wawasan kebangsaan dan identitas nasional, usaha menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas “ Redefinisi Identitas Indonesia Melalui Kajian Budaya”.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberikan gambaran mengenai “ Redefinisi Identitas Indonesia Melalui Kajian Budaya”.
C. Fokus Masalah
Fokus masalah dalam penyusunan makalah ini adalah bagaimanakah “ Redefinisi Identitas Indonesia Melalui Kajian Budaya?”.
D. Manfaat Makalah
Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang “ Redefinisi Identitas Indonesia Melalui Kajian Budaya”.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Budaya Indonesia dalam Era Globalisasi
Indonesia sebagai bangsa besar di dunia memiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Dengan keanekaragaman suku bangsa dan budaya membuat Indonesia lebih dikenal oleh dunia. Budaya sebagai Identitas bangsa Indonesia tertuang dalam UUD 1945. Terjadinya perubahan –perubahan budaya bangsa Indonesia tak lepas dari pengaruh globalisasi.
Budaya sebagai identitas dan jati diri bangsa indonesia banyak mengalami perubahan-perubahan bahkan karena semakin banyaknya budaya yang dimiliki indonesia membuat iri bangsa lain seperti Malsyia. Bahkan Malsyia mengklaim budaya indonesia seperti batik,keris dan reog ponorogo sebagai budaya warisan leluhur mereka. Terjadinya klaiam budaya dari Malasyia tak terlepas dari kurang diperhatikannya budaya-budaya local yang ada jadi tak heran jika dikala malsyia mengklaim Negara kita sibuk untuk memtenkan budaya miliknya.
Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi dan modernisasi adalah globalisasi informasi, demikian juga dalam bidang sosial seperti gaya hidup. Serta hal ini dapat dipicu dari adanya penunjang arus informasi global melalui siaran televisi baik langsung maupun tidak langsung. Dapat menimbulkan rasa simpati masyarakat, tetapi bisa juga menimbulkan kesenjangan sosial. Terjadinya perubahan nilai – nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok spesialis diluar negeri dari pada dinegaranya sendiri, seperti meniru gaya punk, cara bergaul.
Pada dasarnya, dampak negatif terjadi karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan yang ditimbulkan tersebut.Selain itu teknologi modern yang dihasilkan pembangunan menimbulkan efek samping yang justru bertentangan dengan kemajuan, seperti penggeseran nilai, norma, perilaku dan lembaga. Nilai lama dianggap sebagai nilai yang harus di buang., sedangkan nilai yang baru dianggap sebagai nilai yang terbaik dan mutlak diterima. Menghadapi situasi seperti ini, tidak jarang masyarakat bingung karena umumnya efek tersebut tidak mudah tertangkap oleh panca indra.
Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari pekerjaan pertanian di desa ke pekerjaan industri di kota. Saat ini dari seluruh populasi penduduk Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Bali, Papua dan di pulau – pulau kecil lainnya, sekitar 60% lebih tinggal di daerah pedesaan dengan mata pencaharian di dominasi dari sektor pertanian, selain bekerja sebagai nelayan, dan sektor – sektor informal di pedesaan. Dengan kondisi Indonesia yang agraris, maka sebagian besar penduduknya menyandang predikat sebagai petani, sehingga sudah seharusnya posisi dalam sektor pertanian mejadi fokus perhatian khusus bagi pemerintah, selain sektor – sektor lainnya.
Mengingat sampai saat ini kebijakan yang diberikan masih belum menyentuh pada persoalan di sektor pertanian.Terjadinya urbanisasi disebabkan karena adanya faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong urbanisasi antara lain Sempitnya lapangan kerja di desa, adanya generasi muda yang ingin memperbaiki kehidupannya dan bebas dari tradisi, dan kesempatan menambah ilmu di desa sangat terbatas. Sedangkan faktor penariknya antara lain kota merupakan pusat perekonomian, pusat pemerintahan dan tempat industri, kota menghimpun modal usaha yang lebih besar dalam bidang transportasi, perdagangan maupun bidang jasa, dan kota memberi peluang yang tidak terbatas untuk mengembangkan potensi manusia.Secara etmologis, kesenjangan berarti tidak seimbang, tidak simetris atau berbeda. Kesenjangan sosial ekonomi adalah tingkat pertumbuhan sosial ekonomi yang tidak sama yang terjadi pada masyarakat yang melaksanakan pembangunan atau modernisasi. Faktor – faktor yang menyababkan kesenjangan ekonomi antar lain sebagai berikut menurunnya pendapatan per kapita sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi tanpa diimbangi peningkatan produktivitas, ketidakmerataan pembangunan antar daerah sebagai akibat kebijakan politik dan kekurangsiapan SDM, rendahnya mobilitas sosial sebagai akibat sikap mental tradisional yang kurang menyukai persaingan dan kurang usaha.Masyarakat yang melakukan pembangunan seharusnya memperhatikan kelestarian dan perbaikan lingkungan alamnya. Modernisasi pertanian sering mengakibatkan kerusakan di sektor lingkungan alam di pedesaan apabila tidak dilakukan secara selektif dan rasional. Penggunaan bahan -bahan kimia seperti obat pembasmi hama secara terus menerus mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan menimbulkan imunitas ( kekebalan ) pada hama itu sendiri sehingga muncul hama yang yang tahan terhadap obat pembasmi.Kriminal adalah mereka yang melakukan tindakan yang merugikan pihak lain.
Dalam eraglobalisasi Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini juga tidak lepas dari pendekatan modernisasi. Asumsi modernisasi sebagai jalan satu-satunya dalam pembangunan menyebabkan beberapa permasalahan baru yang hingga kini menjadi masalah krusial Bangsa Indonesia. Penelitian tentang modernisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Sajogyo (1982) dan Dove (1988). Kedua hasil penelitian mengupas dampak modernisasi di beberapa wilayah Indonesia. Hasil penelitian keduanya menunjukkan dampak negatif modernisasi di daerah pedesaan. Dove mengulas lebih jauh kegagalan modernisasi sebagai akibat benturan dua budaya yang berbeda dan adanya kecenderungan penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai budaya baru. Budaya baru yang masuk bersama dengan modernisasi.
Dove dalam penelitiannya membagi dampak modernisasi menjadi empat aspek yaitu ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan sosial. Aspek ideologi sebagai kegagalan modernisasi mengambil contoh di daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian Dove menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi pada Suku Wana telah mengakibatkan tergusurnya agama lokal yang telah mereka anut sejak lama dan digantikan oleh agama baru. Modernisasi seolah menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu membelenggu kebebasan asasi manusia termasuk di dalamnya kebebasan beragama. Pengetahuan lokal masyarakat juga menjadi sebuah komoditas jajahan bagi modernisasi. Pengetahuan lokal yang sebelumnya dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat harus serta merta digantikan oleh pengetahuan baru yang dianggap lebih superior.
Sajogyo membahas proses modernisasi di Jawa yang menyebabkan perubahan budaya masyarakat. Masyarakat Jawa dengan tipe ekologi sawah selama ini dikenal dengan “budaya padi” menjadi “budaya tebu”. Perubahan budaya ini menyebabkan perubahan pola pembagian kerja pria dan wanita. Munsulnya konsep sewa lahan serta batas kepemilikan lahan minimal yang identik dengan kemiskinan menjadi berubah. Pola perkebunan tebu yang membutuhkan modal lebih besar dibandingkan padi menyebabkan petani menjadi tidak merdeka dalam mengusahakan lahannya. Pola hubungan antara petani dan pabrik gula cenderung lebih menggambarkan eksploitasi petani sehingga semakin memarjinalkan petani.



3 comments:

arkirider said...

Za, trmo ksh atas info budaya. Ini nak aku masuk dalam blo aku. Kunjungi yo, di www.arkisejarah.blogspot.com. Lah klua nilai iko? kalu lah, bapo IP?

arkirider said...

Za, trmo ksh atas info budaya. Ini nak aku masuk dalam blo aku. Kunjungi yo, di www.arkisejarah.blogspot.com. Lah klua nilai iko? kalu lah, bapo IP?

Muhammad Reza said...

OK.LUN KI,AKU LAGI ADO MASALAH MININ DAK TAU SAPU DINGE NGAMBIK TUGAS AKU PADAHAL AKU SUDAH NGUMPUL TAU2 DAK ADO UNTUNG DOSEN KONFIRMASI KE AKU