Friday, 26 March 2010

Hambatan Perkembangan Emosi Pada Anak Dan Intervensi

OLEH: Kelompok

Muhammad Reza
Maisarah
Arif Maulana R
Ronaldo A.P
Frista Adytia
A. Perkembangan Emosi Pada Anak
1. Pengertian Emosi
Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Menurut para ahli Pengertian Emosi :
a. Menurut Goleman Bahasa “emosi” merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikirin khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
b. Menurut Syamsuddin Mengemukakan“emosi”merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa yang meyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
2. Mekanisme Emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blum ada 5 tahapan yaitu :
• Elicitors yaitu adanya dorongan peristiwa yang terjadi contoh : Peristiwa banjir, gempa bumi maka timbullah perasaan emosi seseorang.
• Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh : Akibat peristiwa banjir tersebut maka berfungsi sebagai indera penerima.
• State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi contoh : Gerakan reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.
• Experission yaitu terjadinya perubahan pada Rasiologis. contoh : Tubuh tegang pada saat tatap muka.
• Experience yaitu persepsi dan inter individu pada kondisi emosionalnya.
Menurut Syamsuddin Kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel yaitu:
• Variabel Stimulus < Rangsangan yang menimbulkan Emosi. • Variabel Organismik < Perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi. • Variabel Respon < Pada sambutan ekspresik atas terjadinya pengalaman emosi. 3. Fungsi Emosi
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
a. Merupakan bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak.
4. Jenis Emosi
Menurut Stewart mengutarakan perasaan senang, marah, takut dan sedih sebagai basic emotions.
a. Senang (gembira) Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum(tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitas pada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
b. Marah Emosi, marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat, frustasi karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai.
c. Takut Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya.
d. Sedih. Dalam kehidupan sehari–hari anak akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lainnya.
Dari ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi yang diklafikasikan kedalam kelompok emosi positif dan emosi negative. Contoh dari Emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh Reynold tersebut adalah : Emosi Positif: Humor (lucu) , kesenangan, rasa ingin tahu, kesukaan. Emosi Negatif: Tidak sabaran, rasa marah, rasa cemburu, rasa benci, rasa cemas, rasa takut. Kesimpulan:Bahwa perkembangan emosi bisa terjadi atau timbul kapan saja, emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Contoh: Dalam permainan menjadi tidak menyenangkan, akan timbullah pertengkaran, Anak akan dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi merasa aman dan nyaman dalam lingkungan .
5. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia taman Kanak-Kanak
Pada masa awal kanak-kanak fase ini merupakan saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bombing diarahkan.- Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 thn - 3,5 thn dan 5,5 thn -6,5 thn.
6. Ciri Utama Reaksi Emosi Pada Anak- Karakteristik reaksi emosi
1. Reaksi emosi anak sangat kuat Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih dan milih kadar keterlibatan emosionalnya.
2. Reaksi emosi sering kali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang di inginkannya. Bagi anak usia 4-5 tahun dalam hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya maka mereka akan belajar untuk mengontrol diri dan memperlibatkan reaksi emosi dengan cara yang dapat di terima lingkungan.
3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain
4. Reaksi emosi bersifat individual.
5. Keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.
7. Bentuk Reaksi Emosi
Pada Anak- Bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan cara untuk mengekspresikan. Adapun beberapa bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak -kanak yang di kemukakan oleh Hurlock adalah :
a. Amarah. Marah sering terjadi sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa terancam. Menurut Hurlock reaksi marah pada umumnya biasa di bedakan menjadi 2 kategori besar yaitu :
a. Marah yang implusif ( agresi )
b. Marah yang terhambat ( dikendalikan / ditahan )
b. Takut. Reaksi takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik yaitu : mata membelalak, menangis, sembunyi, atau memegang orang, diam tidak bergerak. Menurut Hurlock berkenaan dengan rasa takut ia mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu shyness atau rasa malu , embarrass ment.
• Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orang yang di anggap asing.
• Embarras ment ( merasa sulit, tidak mampu, atau malu melakukan sesuatu ) merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.
c. Khawatir. Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendirid. Anciety ( cemas ) adalah perasaan takut sesuatu yang tisak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif.
d. Cemburu. Adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang. Menurut Hurlock reaksi ini meliputi pengunduran diri kearah bentuk perilaku yang infantile seperti : mengompol, mengisap jempol, makanan yang aneh-aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak.
e. Ingin Tahu. Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah.
f. Iri hati. Iri hati pada saat anak merasa tidak memperoleh perhatian yang di harapkan.
g. Senang Adalah emosi yang menyenangkan.
h. Sedih. Perasaan sedih adalah emosi yang sangat menyedihkan.
i. Kasih sayang. Adalah emosi positif yang sangat penting keberadaannya menjadi dari berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat.
Kesimpulan : Karakteristik perkembangan emosi anak ini mencolok pada anak usia 2,5-3,5 tahun dan 5,6 tahun. Bahwa emosi pada anak awal masa kanak-kanak mempunyai bentuk emosi yaitu Amarah, Takut, Cemburu, Rasa ingin tahu, Iri hati, senang/gembira, Sedih, Kasih Sayang. Contoh: Amarah Anak akan marah apabila ia sedang bermain dengan temanya maka mainan itu diambil oleh temannya maka mainan itu diambil oleh temannya maka ia akan marah, maka timbul lah reaksi sakit matinya.
Bentuk dari hambatan perkembangan anak itu ada 3 kategori besar,, behavior problems, behavior disorder, behavior maladjusting,,
1. behavior problem yaitu problem perilaku,, hambatan ini tidak terlihat sebagai suatu problem, tidak merugikan orang lain, namun dapat metugikan perkembangan diri si anak, dan masih dalam taraf ringan. Contoh dari hal ini adalah ngemut jempol, eating problem, makan diemut yang bikin lama banget makannya jadinya.
2. Behavior disorder yaitu perilaku yang menyimpang bila dibandingkan anak seusianya, yang ini sudah agak berat karena sudah tergolong merugikan diri sendiri dan orang lain, dan perasaan terhadap gangguan sudah lebih dirasakan daripada yang problem perilaku sehingga dikatakan sudah butuh bantuan penanganan orang lain yang lebih ahli, seperti dokter, psikolog, dll. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pusat syaraf (contohnya conduct disorder), atau bisa juga disebabkan oleh gangguan psikis (contohnya trauma atau stress yang mengakibatkan anak mengalami school refusal).
3. behavior maladjusting yaitu perilaku yang keliru yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri, juga merupakan kompensasi yang negatif, namun sifat perilaku tersebut biasanya hanya sementara dan dalam penyelesaiannya butuh bantuan seorang ahli. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan yang terlalu tinggi kepada anak tersebut juga bisa dikarenakan faktor dalam diri anak itu sendiri, seperti ia merupakan individu yang belum mempunyai cara yang baik dalam penyelesaian masalah. Dapat dicontohkan dengan keadaan seorang anak yang tergolong trouble maker di kelasnya, padahal hal itu mungkin dapat diakibatkan dari tuntutan orang tuanya yang ingin anaknya menjadi peringkat pertama di kelasnya, si anak malah memenuhi tuntutan orang tua dengan menjadi penguasa di kelasnya, karena dalam pikirannya jika ia menjadi penguasa di kelasnya, maka ia bisa menjadi juara I di kelas tersebut.
B. Intervensi
a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra-sekolah. Deteksi perlu dilakukan secara dini sebab semakin dini ditemukan penyimpangannya maka semakin mudah dilakukan intervensi untuk perbaikannya, selain itu tenaga kesehatn mempunyai waktu dalam menyusun rencana tindakan/intervensi yang tepat. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensi untuk perbaikannya lebih sulit dilakukan.
Ada 3 macam deteksi dini tumbuh kembang anak:
• Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, untuk mengetahui status gizi anak, misal: gizi kurang, gizi buruk, gizi berlebih, dll.
• Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui adanya gangguan perkembangan anak, misal: gangguan bicara, gangguan daya dengar, gangguan daya lihat, dll.
• Deteksi dini penyimpangan mental emosional, untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme, gangguan pemusatan perhatian, hiperaktifitas, dll.
b. Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Tujuan intervensi dini untuk memperbaiki dan mengatasi masalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dini adalah sesegera mungkin setelah diketahui anak memiliki penyimpangan tumbuh kembang karena waktu terbaik adalah ketika anak belum berusia lima tahun. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan "Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)", maka periode itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki penyimpangan.
c. Rujukan Dini Tumbuh Kembang Anak
Bila masalah penyimpangan tumbuh kembang anak tidak dapat diatasi di tingkat keluarga meskipun sudah dilakukan intervensi dini, maka anak perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan/Puskesmas. Rujukan dilakukan secara berjenjang, apabila Puskesmas belum menerapkan SDIDTK atau tidak mampu menangani kasus tersebut maka harus dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi, misalnya RS tingkat kabupaten, bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke Rumah Sakit tingkat provinsi, tingkat Pusat, dst. Di daerah perkotaan, bisa saja keluarga langsung membawa anaknya ke Rumah Sakit terdekat tanpa melalui kader dan Puskesmas. Perlu diperhatikan dalam memilih Rumah Sakit, pilihlah yang dapat melayani rujukan kasus-kasus tumbuh kembang anak atau yang memiliki Poli Tumbuh Kembang Anak.
Stanley I. Greenspan, M. D. dan Serena Wieder, Ph. D. mengungkapkan tiga wawasan baru yang melandasi intervensi bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus yang mengalami gangguan perkembangan.
Wawasan Pertama: keterampilan bahasa dan kognisi (termasuk matematika dan konsep jumlah) sama halnya dengan keterampilan sosial dan emosional dipelajari melalui relasi interaktif yang melibatkan pertukaran afektif. Otak berkembang paling cepat pada tahun-tahun pertama sebagai hasil interaksi dengan pengasuhnya. Interaksi yang hangat, aman, nyaman, saling terlibat, penuh ungkapan emosional, mengembangkan kemampuan problem solving, mengungkapkan gagasan dan mengembangkan kemampuan menalar.
Wawasan Kedua: terdapat perbedaan individual dalam sistem pemrosesan sensorik dan respon motorik yang mendasari masalah perilaku anak yang tampak. Jika intervensi dilakukan untuk memperbaiki proses yang mendasari maka akan berpengaruh pada banyak perilaku dan proses adaptasi anak sekaligus.
Wawasan Ketiga: pemahaman enam tahapan perkembangan fungsional emosional.
• Kemampuan untuk regulasi diri dan berbagi perhatian dan minat terhadap lingkungan
• Kemampuan untuk terlibat secara hangat, penuh kepercayaan dan keintiman
• Kemampuan untuk berkomuniasi dua arah yang bertujuan
• Kemampuan berkomunikasi kompleks; berinteraksi (untuk problem solving) secara berkelanjutan.
• Kemampuan mengungkapkan emosi melalui gagasan (gagasan emosional)
• Kemampuan membangun jembatan antar gagasan secara logis dan realistik (berpikir emosional)
DAFTAR PUSTAKA
Greenspan, S. I. & Wieder, S. (1998): The Child with Special Needs: Encouraging Intellectual and Emotional Growth, Massachusetts, Perseus Publishing.
http://www.scribd.com/doc/21281354/pengembangan-sosial-emosional
http://newtha.wordpress.com/2008/05/02/hambatan-perkembangan-anak
http://infodokterku.com

0 comments: