Sunday, 26 February 2017

ANA PASTI MERINDUKAN MASA-MASA DI BALIKPAPAN

Hati ana terasa sedih bukan main. Kalimat ini jalan terbaik dari Allah tak henti  ana gumamkan, tatkala hari perpisahan semakin mendekati kenyataan.

Ana hendak kembali ke Sumatra, setelah empat bulan lamanya berada di Balikpapan, dalam rangka penugasan kerja dari perusahaan tempat ana bekerja.

Selama empat bulan di Balikpapan, ana sudah berkeliling daerah yang ada di Kaltim, Kaltara, Kalbar. Diantaranya Berau, Tarakan, Penajam , Samarinda, Tanah Grogot, Pontianak, dan Sambas.

Sebagai kenangan perpisahan ana ingin menulis tulisan seperti ini, untuk sekedar mengingat dan melepas rasa haru, rindu karena mungkin kita tidak akan bersua lagi. Awalnya ana sempat khawatir karena tidak semua orang suka dengan tulisan ini sebagai ungkapan rasa terimakasih dan sekedar mengingatkan ana pernah kenal, bersilaturrahmi  ikut liqo bersama ustadz beserta ikhwan lainnya. Mungkin karena keterbatasan bahasa tulis untuk menuangkan makna sebuah nasihat, saran atau kritikan. Atau kadang-kadang  mood (suasana hati)yang sedang tidak baik ketika membacanya. Akibatnya nasihat bisa dianggap tipu muslihat, usulan seolah ingin menjatuhkan dan kritik dirasa sangat sarkastik. Akhirnya tulisan yang dimaksudkan sebagai media silaturahmi, nasihat, kritik maupun saran itu malah berubah menjadi masalah.
Namun rasa haru, rindu, galau ana akhirnya mengalahkan kekhawatiran itu. Galau karena mungkin tidak dapat bersua dan  berkumpul lagi dalam liqo. Meski hanya dalam tulisan ini. Semoga Ustadz bersedia membaca tulisan ini dan memaafkan jika ada pilihan kata yang tak berkenan.

Sesungguhnya ana tidak ingin perpisahan, dan meninggalkan majelis ilmu bersama ustadz dan ikhwan lainnya di Balikpapan serta pergi ketika semangat dakwah ini membara. Ana sadari ada pertemuan ada perpisahan, ada kehidupan, ada kematian. Kerinduan ana yang lebih dahsyat lagi adalah kerinduan menikmati masa-masa indah saat pertama kali ikut liqo di Balikpapan, ana proaktif mencari informasi liqo di Balikpapan dan akhirnya bersilaturahmi dengan Ustadz meski awalnya hanya via medsos facebook dan whats app. Ustadz memberikan informasi jadwal dan tempat liqo, ana bingung karena tidak tahu alamat lokasi liqo, ana bertanya ke rekan kantor ana, tapi tetap tidak tau dengan alamatnya. Ana pun berkirim pesan WA mengungkapkan hal ini. Pada akhirnya ustadz bersedia menjemput ana di kos, itu pertama kali ana bertemu langsung dengan ustadz. Ana pasti merindukan saat ketika liqo menjadi kebutuhan, bukan sambilan atau tempat mampir sepulang dari kantoran. Saat ketika membina adalah kewajiban bukan paksaan atau beban yang memberatkan. Ana pun rindu ketika nasihat-nasihat ustadz untuk amaliyah harian menjadi kebiasaan bukan sekedar program yang dipaksakan.

Rasanya nikmat sekali ketika hampir setiap pekan pergi ke BDS 1 lokasi rumah ustadz untuk mengikuti liqo. Meski awalnya harus naik gojek dan mencari-cari rumah ustadz dibantu mas gojek. Selanjutnya ana selalu numpang sama motor ikhwan yang searah dengan ana. Untuk pulang ana tak perlu khawatir karena ikhwan-ikhwan yang lain dengan ikhlas mengantar ana pulang. Ana juga bakal rindu berkumpul di rumah ustadz dalam majlis Ilmu. Atau pergi ke Masjid Ar Rahmah Sepingan Pratama setiap pekanan untuk ta’lim silaturahmi atau sekedar menjadi peserta kajian. Begitu juga kerinduan saat merasakan kenikmatan hadir di liqo, bertemu dengan ikhwan dan memberi santapan hati dan nurani.

Ustadz… terus terang, banyak hal-hal mengasyikkan di Balikpapan yang telah hilang dari dakwah ini, dari diri ana tepatnya.

Ustadz yang disayangi Allah…

Dalam pertemuan liqo selalu ada candaan , ana, ustadz, dan ikhwan lainnya. Seingat ana, di setiap pertemuan selalu ada bahasan pernikahan dan ana selalu dipojokkan untuk hal pernikahan karena ana salah satu yang tertua diantara ikhwan lainnya yang belum menikah.

Ustadz… Ana jadi semakin sedih  tidak dapat lagi ikut liqo bersama ustadz dan rindu pada majlis ilmu tersebut. Ketika tsiqoh pada murobi membuat kami merasa aman untuk saling terbuka. Tsiqoh membuat hubungan menjadi nyaman dan mengasyikkan. Dengan tsiqohlah kami merajut tali ukhuwah dengan tsiqoh pula kami mempercayakan proses pernikahan kami. Seingat ana, rata-rata kami memang belum menikah hanya mengandalkan ketsiqohan pada murobi dalam urusan memilih pasangan. Karena kami tahu betul, bahwa murobi tidak memutuskan sendiri. Ada banyak mata dan telinga lain bersamanya. Dan yang terpenting, kami memahami bahwa murobi adalah perpanjangan tangan jamaah dalam kedudukannya itu. Itulah modal besar kami dalam berdakwah di marhalah dakwah keluarga.

Ustadz yang diberkahi Allah...

Meski kedepannya ana tidak dapat lagi ikut liqo. Ana berharap silaturahmi tetap terjaga dan ana masih bisa bertanya kepada ustadz khususnya ilmu agama. Ana berharap meski meninggalkan majlis ilmu di Balikpapan. Ana bisa liqo ditempat baru dengan suasana seperti di bina ustadz.

Ustadz terimakasih untuk nasihat, saran dan kritikan terhadap ana. Taujih ustadz akan selalu ana ingat. Mungkin di dunia kita tidak dapat bersua lagi. Semoga kita dapat bersua di Jannah Allah. Aamiin

Ustadz…, semoga ini bisa mengurangi kesedihan, kerinduan ana. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan kekuatan untuk Ustadz dan para ikhwan yang lain dalam menjaga dakwah ini. Sehingga tidak ada yang tegak kecuali kalimat al-Haq, tidak ada yang tinggi kecuali panji Allah, dan tidak ada yang menang kecuali para pendukung kebenaran. Aamin

Balikpapan 18 Maret 2016

0 comments: