Sunday, 26 February 2017

HIJRAH KEHIDUPAN

Awal april 2016 adalah pertama kali saya menginjakkan kaki di provinsi Bengkulu, kota yang akan menjadi tempat perjuangan kehidupan dalam hidup saya setelah pulau kalimantan. Setiap perantauan selalu menyisakan kisah suka duka. Namun kali ini saya sangat tertantang ingin tahu tentang Bengkulu. Saya datang kesini bukan karena travelling, akan tetapi saya kesini karena ditempatkan bekerja di Regional Bengkulu. Seorang pria yang tangguh, yang selalu tertantang akan hal-hal baru. Tempat baru memberikan pelajaran dan pengalaman baru. Membuat kita mesti fight karena hidup sendiri jauh dari keluarga. Tahun lalu saya sudah dikabari bakal ke Bengkulu oleh perusahaan tempat saya bekerja. Ini berarti membuat saya yang anak muda memutuskan untuk hijrah tinggal di Bengkulu, walau tanpa sesiapapun yang dikenal.
Merantau itu melatih kemandirian, tanggung Jawab. Saya sudah merantau sejak tamat SMA,  sejak itu saya jauh dari keluarga. Seorang perantau mesti mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan baru. Sebagai perantau, mesti memiliki mental yang kuat, sikap pantang menyerah. Selepas SMA, saya kuliah pada Program Studi Psikologi. Setelah lulus, saya mengawali karir di sebuah lembaga Psikologi di Pekanbaru. Saya bertekad tetap menjadi pria muda yang ramah dan rendah hati. Saya pun tetap mempertahankan hal ini saat saya bekerja, meskipun saya ingin berkarir di dunia pendidikan, namun saya tidak pilih-pilih pekerjaan yang penting menghasilkan. Saya pernah merintis karir menjadi jurnalis yang jauh dari latar belakang ke ilmuan saya saat masih kuliah.  Namun, dunia kerja tak selalu sejalan dengan teori. Pada akhirnya, saya memilih bekerja dibidang Human Resource Development ( Sumber Daya Manusia). Orang tua saya merestui dan meyakini bahwa itu bagian dari proses sebelum nantinya meneruskan estafet ke bidang lain.
Lalu, Awal diterima kerja di perusahaan tempat saya bekerja Desember 2015, Tuhan berkehendak lain. Saya tidak langsung ke Bengkulu,  Allah SWT berkehendak saya merantau ke Kalimantan. Kabar yang sangat membuat saya tertantang dan membuktikan bahwa saya mampu beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan apapun. Di Kalimantan, saya bertemu banyak orang dari latar belakang budaya berbeda. Saat akan pindah ke Bengkulu saya mengabari hal ini ke teman-teman saya termasuk grup liqo saya di Balikpapan. Saat perpisahan dengan majlis liqo, Ustadz merangkul saya,  saya gemetar karena sedih akan berpisah  dan ustadz  berbisik: "Silaturrahmi terus dijaga dimanapun, teruslah belajar di Tarbiyah, jika ada kendala beritahu saya "red ustadz" . Semua semangad saya, semua pemikiran saya, telah saya curahkan dengan niat Ibadah kepada Allah. Hingga akhirnya Tuhan menunjukkan kepada saya, betapa saya mampu menjalankan apa yang sudah diamanahkan dan memberi jalan kepada saya untuk ke Bengkulu.
Saya selalu memotivasi diri bahwa saya mampu menjalankan ini semua. Saya tak kuasa menahan haru. Begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada saya. Saya berharap bisa terus berporoses untuk berkrmbang ke arah kemajuan. Saya selalu meyakini perubahan perlu proses, hambatan akan terpecahkan bila kita mau berjuang. Merenung, betapa apapun yang tertulis dalam Lauhul Mahfuds akan terjadi. Hidup tetaplah misteri, karenanya selalu menarik untuk diperjuangkan dan dijalani dengan sebaik-baiknya.

Bengkulu, 6 April 2016

0 comments: